Hubungan Semiotika dan Sepatu??
Dalam kehidupan
sehari – hari secara tidak kita sadari, ada banyak sekali semiotika atau tanda
di sekitar kita. Dari suatu hal yang kecil, bahkan hingga suatu hal yang luar
biasa bisa menjadi tanda atau penanda. Sebagai contoh semiotika dalam kehidupan
sehari – hari saya adalah sepatu kesayangan saya ini.
Sepatu Converse All Star Chuck Tailor
Low berwarna biru dongker. Sepatu ini telah menemani masa – masa muda saya
semenjak dari Sekolah Menengah Pertama sampai lulus dari Sekolah Menengah Atas
sebelum akhirnya mulut dari sepatu ini mangap alias jebol. Sepatu ini adalah
sepatu idaman saya sejak SMP yang akhirnya dibelikan oleh ayah saya sebagai
hadiah ulang tahun. Saking sayangnya saya dengan sepatu saya yang satu ini,
saya bahkan mengcustomnya dengan saya Lukis dibagian luar sepatunya
dengan gambar ombak kanagawa khas Jepang. Saya melukis sepatu saya bukan tanpa alasan,
namun agar warna sepatu yang pudar tertutupi oleh lukisannya agar tidak
terlihat usang bahkan malah terlihat menarik. Sejak setelah saya custom, saya
merasa semakin percaya diri dengan memakai sepatu saya ini. Sampai waktunya
tiba untuk sepatu saya dalam kondisi kritis yaitu sol bagian depan terbuka dengan
sangat lebar. Sudah berkali – kali di lem namun masih saja solnya terbuka lagi
dan lagi. Menurut saya mungkin sudah saatnya beristirahat untuk sepatu
kesayangan saya yang satu ini.
Saat ini sepatu
tersebut masih saya simpan bahkan saya pajang di meja nganggur di pojok kamar
saya. Saking terawatnya sepatu tersebut, midsol yang berwarna putih
masih terlihat cermerlang tanpa adanya noda menguning. Kenangan – kenangan bersama
sepatu tersebut tidak akan pernah terlupakan dengan saya memajangnya di kamar
saya. Dengan begitu, yang tadinya fungsi sepatu adalah sebagai alas kaki,
sekarang berubah menjadi pajangan atau hiasan pada suatu ruangan. Tidak hanya
saya saja yang memajang sepatu, bahkan diluar sana ada banyak orang yang mengoleksi
dan memajang koleksi sepatu – sepatunya.
Dalam semiotika
yang dipopulerkan oleh Charles Sanders pierce mengemukakan teori segitiga makna
atau meaning triangle. Segitiga makna ini berisi dari tiga elemen utama,
yakni tanda (sign), object, dan interpretant. Tanda menurut Peirce terdiri dari
Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari
perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Objek
atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau
sesuatu yang dirujuk tanda. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep
pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna
tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk
sebuah tanda.
Sepatu saya
adalah sebagai contoh semiotika dalam kehidupan sehari – hari. Pada element sign
(tanda) kita isi dengan kata atau nama objeknya yaitu “Sepatu Converse All Star
Low”. Selanjutnya pada element object (objek) kita isi dengan bendanya
atau objeknya sendiri yaitu sepatu. Berikutnya pada element interpretant (tafsiran)
kita isi dengan tafsiran sepatu yang biasanya adalah fungsi dari benda tersebut
yaitu sebagai alas kaki. Dalam semiotika ini adalah waktu sepatu saya sedang
sehat wallafiat. Jika dengan Kondisi yang sekarang semiotika element
interpretantnya adalah dekorasi ruangan.
Begitulah
kisah singkat kehidupan sepatu kesayangan saya yang malah diterapkan dalam
semiotika. Tidak hanya sepatu, saya yakin ada banyak lagi hal lainnya dalam
kehidupan sehari – hari kita yang bisa menjadi “tanda” atau “penanda”. Cukup
sekian yang bisa saya sampaikan, saya ucapkan Terima Kasih.
Komentar
Posting Komentar