Inovasi Wayang Kulit Bentuk Gunung. Kayon Wayang kulit Purwa Gaya Surakarta
Sebelumnya saya sebagai Mahasiswa dari Dosen pengampu Bapak Pandu Pramudita mengucapkan selamat atas kesuksesannya dalam menjalani ujian terbuka promosi Doktor. Semoga dengan tercapainya cita - cita bapak, bisa menjadi berkah dalam diri sendiri maupun orang lain. Rekap vidio live promosi doktor pak Pandu bisa lihat disini: >,< (klik aku!!)
Dalam
disertasi yang berjudul “Inovasi bentuk figur kayon wayang kulit purwa
gaya Surakarta” yang di bawakan oleh pak pandu ini menjelaskan tentang
bagaimana kayon dalam wayang kulit purwa digunaka serta ingin dimodifikasi
sedemikian rupa agar bentuk, ukiran, lukisan, dan filosofi bisa bersinergi
dengan lebih baik. Sebelumnya, kayon adalah wayang kulit yang biasanya
berbentuk menyerupai gunung dengan puncak yang runcing dan di dalamnya terdapat
ukiran - ukiran atau lukisan flora, fauna, dan sebuah gerbang yang melambangkan
kehidupan. Melambangkan kehidupan karena dalam perwayangan, kayon adalah wayang
yang pertama kali digerakan. Jika kayon tidak digerakan terlebih dahulu berarti
belum ada kehidupan. Selain di awal, kayon juga digerakan di akhir perwayangan
yang menandakan kisah perwayangan tersebut sudah ingin berakhir.
Dalam
disertasi yang dibawakan oleh pak Pandu, pak Pandu ingin berinovasi dalam
bentuk kayon wayang kulit purwa gaya surakarta. Dijelaskan bahwa ukuran
kayon yang ideal adalah dengan tinggi 75 – 99cm dan lebar 38 – 59cm. Dalam
bentuknya pun juga diatur, dari bagian paling atas yaitu pucukan (membentuk
kerucut), genukan (bagian cembung), lengkeh (bagian cekung), palemahan (bagian
datar paling bawah), dan umpak (tambahan tonjolan dibagian bawah).
Isi dari
kayon tersebut juga diatur dengan ragam isian yaitu 20 tumbuhan, 43 hewan, 6
mahkluk mitologis, 11 benda alam, 13 benda buatan, dan 4 simbol. Untuk bagian
belakang kayon atau sunggingan belakang ada 2 jenis yaitu sunggingan api dan
sunggingan air. Dalam proses pembuatan desain inovasi bentuk kayon-nya, pak
Pandu menggunakan pengukuran dengan metode golden ratio. Perbandingan yang
digunakan untuk eksperimennya adalah 2:1 dan 5:3. Selain itu, pak Pandu juga
menggunakan 2 teknik desain yaitu grid dan dasar bidang untuk membuat
desainnya.
Untuk
nilai filosofis yang didapatkan dari inovasi bentuk kayon yang dibuat, pak Pandu
menemukan beberapa nilai filosofis bahwa bentuk figure kayon wayang kulit purwa
gaya Surakarta merupakan pandangan manusiaterhadap dunia yang disebutdengan
kosmologi, yang terdiri dari 3 bentuk yaitu makrokosmos, mikrokosmos dan
metakosmos. Tidak lupa juga dalam desrtasinya, pak Pandu memberikan saran
kepada peneliti selanjutnya, para seniman/pengkriya, pemerintah/Lembaga, masyarakat
Indonesia yang pada intinya untuk tetap melestarikan budaya kayon ini dan lebih
mengembangkannya lagi.
Untuk
menutup tulisan ini saya ucapkan sekali lagi untuk selamat kepada Dr. Pandu
Pramudita, S. Pd., M.A. yang telah menyelesaikan ujian terbuka promosi doctor di
Institut Kesenian Indonesia Surakarta. Semoga apa yang di cita – citakan oleh
beliau bisa membawa berkah bagi semua orang.
Komentar
Posting Komentar